Selasa, 21 Desember 2010

ASKEP PADA KLIEN DENGAN INTIMACY DAN SEKSUALITY

Askep Pada Klien Dengan Intimacy Dan Seksualitas

            Penerapan proses keperawatan meliputi pengkajian menyeluruh, perencanaan yang cermat, stategi implementasi yan tepat dan evaluasi bersekinambungan tehadap klien dengan masalah psikoseksual sangat penting karena proses keperawatan memberikan kerangka kerja untuk menyusun, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi keperawatan yang diawali dengan pengkajian.

1.    PENGKAJIAN
Menurut Pasquali, Arnold dan De Basio (1989) dan Craven dan Hirnle (1996),  penggunaan diri secara terapeutik (therapeutic use of self)  sangat penting dalam menciptakan lingkungan dimana kesehatan seksual di persepsikan sebagai bagian integral dari riwayat menyeluruh klien. Ketepatan pengumpulan data tergantung pada kemampuan perawat untuk menciptakan lingkungn yang menunjang suasana wawancara. Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan seksual :
a.         Menggunakan pendekatan yang tepat jujur berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien sedng mempunyai pertanyaan atau masalah seksualitas.
b.        Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien.
c.         Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-buru.
d.        Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas.
e.         Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang
f.          Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual
g.         Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah apa yang dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari klien
h.         Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum jelas
i.           Berinisiatif untuk membahas masalah seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual



Menurut Ellis dan Nowlis (1994), area yang perlu diperhatikan ketika berinteraksi dengan klien meliputi :
a.       Apakah klien memiliki hubungan intim yang berarti baginya ?
b.      Apakah orang tersebut penuh perhatian ?
c.       Apakah kondisi yang dialami klien mungkin dapat mempengaruhi seksualitasnya ?
d.      Apakah obat yang digunakan klien dapat mempengaruhi seksualitasnya ?
e.       Apa pola penggunaan obat dan alkohol pada masa lalu dan sekarang ?

Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
a.         Fantasi : mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual.
b.        Denial (menyangkal) : mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan seksual.
c.         Rasionalisasi : mungkin digunkan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
d.        Menarik Diri : mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalens terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas.

Selanjutnya Ellin dan Nowlis (1994) menambahkan bahwa seseorang yang secara berulang kali menyampaikan cerita lucu tentang seksual merupakan manifestasi frustasi seksual yang sedang dialaminya. Frustasi seksual biasanya berhubungan dengan perpisahan, kehilangan, atau tidak mempunyai pasangan hidup.

2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Diagnosa keperawatan primer menurut Nourth American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang ditulis oleh Stuart dan Sunden (1995) adalah “perubahan pola seksualitas termasuk tidak mengalami kepuasaan seksualitas yang melibatkan konflik antara peran seks dan nilai,disfungsi seksual meliputi keterbatasan fisik”.
Contoh diagnose keperawatan terkait aspek seksual dalam asuhan keperawatan, yaitu :
a.       Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan rasa malu setelah masektomi, ditandai oleh tidak adanya keinginan seksual.
b.      Perubahan seksualitas yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencapai organsme ditandai oleh tidak adanya kepuasaan seksual.
c.       Peubahan seksualitas yang berhubungan denagn konflik perkawinan, ditandai oleh tidak timbul gairah pada saat pemanasan sebelum berhubungan intim.
d.      Disfungsi seksual yang berhubungan dengan minum alcohol yang berlebihan, ditandai oleh ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi.
e.       Disfungsi seksual yang berhubungan dengan rasa takut terhadap penetrasi, ditandai rasa sakit ketika berhubungan intim.

3.      PERENCANAAN
a.     Menguraikan berbagai respons seksual manusia
Kegiatan Instruksional : Membahas dorongan teknik dan cara ekspresi seksual
Evaluasi : Pasien mengidentifikasikan pilihan dan tingkat fungsi seksual
b.    Menguraikan masalah primer pasien
Kegiatan Instruksional : Memberikan informasi yang tepat tentang gangguan yang disebabkan oleh kelemahan organic
Evaluasi : Pasien mengerti tentang sifat penyakit organic
c.     Mengidentifikasikan hubungan antar masalah organic pasien dengan tingkat fungsi seksual
Kegiatan Instruksional : Menyusun kembali distorsi atau keracunan persepsi persepsi mengenai dampak penyakit terhadap fungsi seksual
Evaluasi : Pasien dengan tepat menguraikan dampak penyakit terhadap fungsi seksual 
d.    Mengidentifikasikan cara untuk meningkatkan fungsi seksual pasien dan meningkatkan komunikasi interpersonal
Kegiatan Instruksional : Menguraikan pengalaman tambahan yang meninghkatykan kepuasan seksual dan hubungan antara pasien dan pasangannya
Evaluasi : Pasien dan pasangannya melaporkan ansietas yang menurun dan meningkatnya kepuasan respons seksual

4.      IMPLEMENTASI
a.       Mengetahui parasaan seksual anda sendiri
Rasional :
Perawat perlu untuk mengetahui perasan seksualnya terhadap pasien. Ingat bahwa perasaan tidak dapat ditentukan sebagai benar atau salah,tetapi prilaku dapat dievaluasi sebagai terapeutik atau tidak terapeutik terhadap klien
Tindakan :
-       Terbuka terhadap perasaan anda sendiri
-       Terima perasaan anda sendiri
-       Gali penyebab perasaan
b.      Memeriksa perilaku anda terhadap klien
Rasional :
Jika bekerja dengan meningkatkan kesadaran terhadap perasaan dan pikiran, perawat dapat mengubah perilaku yang tidak terapeutik kea rah yang lebih terapeutik secara efektif
Tindakan :
-       Jaga hubungan yang berfokus pada klien
-       Jangan terlibat secara berlebihan denganmasalah klien (dapat mempengaruhi keputusan klinik)
-       Jangan memberikan informasi pribadi diri anda dengan klien
-       Jangan membahas perasaan tertarik seksual dengan klien
c.       Konsultasi
Rasional :
Setelah perawat menyadari perasaannya dan memberikan perilakunya, konsultasi pada perawat yang lebih berpengalaman mungkin berguna untuk mengatasi masalah dengan tepat dan merasa lebih mampu dalam pendekatannya dengan klien
Tindakan :
-       Percayakan rahasianya terhadap perawat,sejawat atau atasan yang berpengalaman
-       Minta bantuan untuk menggali isyu tersebut agar dapat meningkatkan kesadaran tentng factor yang mempengaruhi perasaan

Contoh Kasus

Kasus  1 : Masalah seksualitas karena kematian istri

Data Pendukung : Laki-laki, berusia 51 tahun, istri meninggal 2 tahun lalu, menyatakan bahwa ia mempunyai keinginan untuk menikah lagi, karena sulit menahan seksualnya. Mengatakan bahwa jika ia aktif secara seksual “tidak adil terhadap istrinya yang meninggal”. Aktif dalam kelompok politik yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Tertarik pada seorang wanita yang menjadi teman kelompoknya.
Tujuan Jangka Panjang : Menikah dan mencapai hubungan seksual yang memuaskan
Tujuan Jangka Pendek :
1.      Menghadiri pertemuan dengan konselor .
2.      Membuat pernyataan yang menunjukkan penerrimaan bahwa dirinya menarik dan mampu menjalin hubungan baru
3.      Menyatakan bahwa menjalin hubungan baru tidak berarti bahwa dirinya tidak mencintai lagi isterinya yang telah meninggal.
Intervensi :
1.      Meluangkan waktu : Bersama pasien untuk menggali perasaan yang sedang disepakatinya
Rasional :
Meluangkan waktu untuk pasien : Menunjukkan bahwa perawat memperhatikan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan berduka yang mempengaruhi kehidupan seksualnya
2.      Menunjukkan minat terhadap keterlibatannya terhadap kelompok dan pada teman barunya
Rasional :
Menunjukkan rasa tertarik terhadap teman barunya kan mendukung peran serta klien dan perasaan menerima
3.      Menggali kemungkinan : Untuk merujuk klien pada konselor untuk membantu mengatasi rasa berkabung dan konflik seksual
Rasional :
Mencarikan sumber untuk mengatasi rasa berkabung dan memberikan informasi kepada klien memungkinkannya menerima dukungan yang diperlukan
4.      Selalu siap membantu klien
Rasional :
Selalu menunjukkan siap membantu : Klien akan memungkinkan suatu komunikasi yang terbukan sehingga klien merasa bebas untuk mengekspresikan perasaan ansietas dan berduka karena kehilangan



Evaluasi :
Evaluasi hanya mungkin dilakukan jika perawat mempunyai hubungan yang cukup lama dengan klien, sehingga perkembangan penanganan masalah seksual dapat terlihat. Klien dapat diminta untuk mengevaluasi sendiri perkembangannya

Kasus 2 : Perubahan Pola Seksualitas : Perubahan Ekspresi Seksual
Perubahan pola seksualitas merupakan diagnosis yang luas dengan berbagai interpretasi penerapannya dalam praktik keperawatan. Kehilangan gairah, meningkatnya gairah dan perubahan ekspresi seksual merupakan tiga dimensi dari masalah yang dapat lebih diuraikan sebagai berikut :
1.      Kehilangan gairah mungkin juga dapat diinterpretasikan sebagai kehilangan kesempatan untuk menahan keinginan seksual tanpa disadari
2.      Meningkatnya gairah seksual mungkin juga diinterpretasikan sebagai penuhnya pemikiran tentang kegiatan seksual. Misalnya bagi mereka yang baru pertama kali mengalami hubungan seksual
3.      Perubahan ekspresi seksual mungkin merupakan masalah jika secara tidak disadari klien memaksakan dorongan seksualnya kepada suami/istrinya. Proses penyakit, proses menua, berpisah dengan pasangan atau stressor kehidupan dapat mengubah ekspresi seksual

Pada masalah seksual ini, perawat perlu melakukan pengkajian tentang faktor etiologi secara spesifik yang akan menjadi dasar tindakan keperawatan lebih lanjut, yaitu :
1.      Menggunakan pertanyaan wawancara untuk mengetahui hubungan, perasaan seksualitas dan funggsi seksual untuk menetapkan masalah
2.      Mengkaji perilaku seksual yang lalu seperti frekuensi, posisi dan metode yang disenangi
3.      Mengkaji pentingnya setiap kegiatan seksual dan kegiatan apa yang tetap dipertahankan
4.      Mengkaji apa yang telah berubah atau yang akan berubah pada klien dan pasangannya sebagai akibat dari penyakit atau pembedahan yang dialami klien
5.      Mengkaji pola komunikasi antara klien dengan pasangannya



Hasil yang diharapkan :
Klien akan mampu :
1.      Mengidentifikasi aspek positif dari hubungan seksual terakhirnya
2.      Mengidentifikasi sedikitnya tiga alternatif untuk mengubah pola seksualitas
3.      Mengekspresikan kepuasan dengan perubahan ekspresi seksual

Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk membantu klien mencari alternatif yang paling memungkinkan terhadap perubahan ekspresi seksualnya yang dapat memuaskan klien dan pasangannya, adalah :
Jika telah melakukan perubahan posisi seksual :
1.      Perkenankan klin menyampaikan tentang alternatif posisi seksual yang dipiliih
2.      Berikan kesempatan kepada klien untuk menggunakan posisi seksual alternatif
3.      Ajarkan klien tentang pengguanaan posisi alternatif, dengan menggunakan gambar atau petunjuk lain
4.      Tinjau frekuensi kegiatan seksual yang pernah dilakukan sebelumnya
5.      Identiifikasi pilihan yang dapat meningkatkan frekuensi (meningkatkan gairah, kesempatan dan privacy)
6.      Gunakan obat pereda rasa nyeri jika diperlukan sebelum melakukan kegiatan seksual

Jika metode kegiatan seksual telah diubah :
1.      Telaah bersama klien dan pasangannya tentang perasaan mereka terhadap perubahan yang telah dilakukan
2.      Berikan kesempatan kepada klien untuk menggunakan alternatif ekspresi seksual
3.      Berikan informasi spesifik kepada klien tentang penggunaan kegiatan alternatif
4.      Anjurkan informasi terbuka antara klien dan pasangannya untuk mengekspresikan kepuasaan atau ketidakpuasan mereka terhadap rencana asuhan keperawatan yang telah diterapkan

Daftar Pustaka :
Pdjiastuti Sri Surini. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Penerbit Buku kedokteran EGC : Jakarta
Pranaka Kris. 2010. Buku Ajar Boedi - Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Balai penerbit FKUI, Jakarta : 686 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar